Monday, June 25, 2012

Dari Mesut Özil, Hingga Cinta Dengan Klub


Awalnya aku melihat pertandingan Real Madrid bukan karena aku memang suka dengan tim yang disebut-sebut sebagai tim kerkaya di dunia ini. Seperti banyak cewek yang lain, jujur aku hanya menonton Madrid untuk melihat pemain bola favoritku, Mesut Özil, yang kukenal ketika Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan sebagai salah satu skuad timnas Jerman. Karena performanya yang bagus dalam “die Manschaft”, banyak klub-klub dunia yang menawarkan diri untuk menjadikan Mesut sebagai salah satu amunisi mereka dan masuk dalam bursa transfer ingin membeli mantan pemain Werder Bremen ini, tidak ketinggalan tentu saja Real Madrid. Saat itu bagiku tidak begitu penting klub mana yang akan dia pilih, namun tentu saja aku berharap agar ia menerima tawaran klub yang sering ditayangkan agar aku bisa sering-sering melihat kemampuan dan skill-skill yang dimilikinya, mengingat saat itu Bundes Liga yang notabene tempat bernaungnya Werder Bremen, jarang disiarkan di Indonesia. Begitu mendengar Mesut Özil memilih masuk Real Madrid, tentu merupakan sebuah kabar baik bagiku. Karena salah satu stasiun televisi di Indonesia selalu menayangkan secara lengkap pertandingan-pertandingan La Liga, aku sangat lega. Inilah yang menjadi awal rasa sukaku pada Real Madrid.
Tidak hanya mengikuti perkembangan Mesut, aku mencoba mengenal semua pemain Real Madrid musim itu. Pepe, Kaka, Xabi Alonso, Marcello, Benzema, Casillas, Khedira, Carvalho, Ramos, Higuain, Di Maria Arbeloa, Albiol, Lass, dan tak ketinggan pemain termahal di dunia, Christiano Ronaldo. Mereka membuatku menyadari begitu uniknya tim ini. Mereka berasal dari berbagai negara dan berbagai kepercayaan, namun mereka bisa bersatu padu menjadi sebuah tim yang solid, saling mengisi, dan kuat. Hal ini tentu juga tidak lepas dari sentuhan “The Special One”. Walaupun musim pertamanya di Madrid belum begitu sukses seperti di klub sebelumnya, Inter Milan, yang meraih Scudetto, paling tidak Mourinho mampu menyumbang gelar gelar Copa Del Rey untuk Madrid. Dan sekarang, Real Madrid menjadi penguasa kelasmen di pertengahan musim 2011/2012. Rasa kekeluargaan yang besar, itulah yang membuatku jatuh cinta kepada Real Madrid. Melihat foto-foto sesi latihan mereka yang terlihat begitu menyenangkan. Walaupun memang rata-rata pemain di Madrid adalah pemain pilihan yang memiliki skill individu yang tak bisa diragukan lagi, mereka tak segan untuk saling mengisi dan bekerja sama. Terkadang mereka menjahili satu sama lain, tidak hanya di sesi latihan, namun juga di bangku cadangan ketika pertandingan, menunjukkan akrab dan terikatnya mereka satu sama lain. Hal tersebut membuatku merasa betapa hangatnya atmosfer di dalam Real Madrid.
Sekarang bukan hanya Mesut Özil saja yang ada di bayanganku ketika mendengar nama Real Madrid. Keseluruhan tim itu sendiri telah membuatku jatuh cinta, dan walaupun Mesut hengkang rasa cintaku pada Madrid tidak akan pudar asalkan kehangatan itu masih di sana dan aku yakin pasti akan terus ada. Real Madrid memberikan banyak kesan dan pelajaran dalam hidupku, bahwa ketika sebuah kemenangan atau keberhasilan itu tidak ada di genggaman tangan, itu bukan karena kita tidak mampu atau kita lebih lemah dari yang lain, melainkan kita tidak lebih beruntung dari mereka dan kita hanya perlu menunda kemenangan dengan kegagalan, karena dengan pahitnya kegagalan itulah kita bisa merasakan manisnya kemenangan di hari esok.

2 comments:

Please leave a comment