Tuesday, June 26, 2012

Sejarah Fotografi Indonesia

Tidak ada catatan tertulis yang mengatakan dengan tepat berapa jumlah Klub Foto Amatir di Indonesia setelah Proklamasi Kemerdekaan tahun 1945 hingga terbentuknya: 1. G A P E R F I
Merupakan singkatan dari Gabungan Perhimpunan Seni Foto Indonesia, didirikan pada tahun 1953 dengan ketuanya Mayor R.M. Soelarko.
GAPERFI  adalah sebuah perhimpunan dari berbagai Klub Foto pada awal berdirinya di tahun 1953, memiliki anggota 7 Klub Foto. Pada tahun 1956 jumlahnya telah membengkak menjadi 13 Klub Foto yang berasal dari seluruh Indonesia.
Tanpa menemui halangan yang berarti, GAPERFI yang telah berhasil melakukan dua kali kongres pada tanggal 28 – 30 Oktober tahun 1955 di Semarang dan pada bulan Juli 1956 di Bandung, adalah murni merupakan gabungan dari seluruh perkumpulan atau klub foto di seluruh Indonesia.
Dalam usianya yang sangat singkat (1953-1957) GAPERFI sempat mengukirkan saat-saat bersejarah dan indah dalam dunia fotografi di tanah air kita, yaitu dengan mengadakan “Salon Foto Indonesia I” pada tahun 1956, atau yang dikenal dengan nama 1st International Photosalon of Indonesia. GAPERFI juga sempat menerbitkan majalahnya yang bernama “KAMERA” – Madjalah Untuk Penggemar Foto – yang mana telah terbit untuk pertama kalinya pada bulan Februari 1956. KAMERA adalah majalah “bulanan” foto pertama di Indonesia. Sayang hanya sanggup terbit sekali saja.
2. PAF BANDUNG
Sejarah Fotografi Indonesia mencatat bahwa Persatuan Amatir Foto (PAF) Bandung yang lahir pada jaman penjajahan kolonial Belanda yang berdiri pada tanggal 15 Februari 1924, jauh sebelum Perang Dunia II,  adalah sebuah Klub Foto Amatir pertama dan tertua di Indonesia. PAF menjadi anggota GAPERFI pada tahun 1954.

Pada tahun 1967 PAF menerbitkan buletinnya yang dikenal dengan namaBulletin PAF”, dicetak dalam bentuk stensilan. Diterbitkan guna memenuhi kebutuhan anggotanya akan informasi dan pengetahuan tentang fotografi.
Dalam sejarah Fotografi di tanah air, PAF Bandung mempunyai peran utama sebagai pencetus gagasan dan motor penggerak yang akhirnya melahirkan “FPSI” pada tahun 1973.
3. L F C N
Disamping PAF Bandung, ada lagi sebuah Klub Foto yang juga tergolong tua (nomor 2) di tanah air kita, yaitu Lembaga Fotografi Candra Naya (LFCN) yang didirikan pada tahun 1948 – saat itu bernama “Sin Ming Hui”. Klub Foto Candra Naya (dh.Tjandra Naja) merupakan salah satu bagian kegiatan dari sebuah Lembaga yang bergerak dalam berbagai bidang pendidikan dan sosial
Kelak di kemudian hari LFCN bersama-sama dengan PAF Bandung dan berbagai Klub Foto lainnya akan turut meletakkan tonggak yang bersejarah dalam pendirian sebuah Federasi Foto Nasional di Indonesia yang kemudian bergabung ke Dunia Fotografi Internasional.
Pada perkembangannya, Club Foto Candra Naya lah yang bertahan sampai sekarang..

4. MAJALAH FOTO INDONESIA (FI)
Dari sebuah gudang pribadi tempat penyimpanan arsip lama dan buku-buku tua, baru-baru ini diketemukan majalah foto terbitan tahun 1934 dengan namaDe Indische Foto Wereld”. Terjemahan bebasnya kira-kira adalah Dunia Foto Indonesia.
Majalah foto yang dicetak prima dan menggunakan sampul depan itu memuat tulisan dan foto-foto Indonesia  tempo doeloe. Dimana pada saat itu telah terbit dalam 2 bahasa, yaitu Belanda dan Melayu. Ini adalah majalah fotografi tertua di Indonesia. Selanjutnya setelah lama tidak ada kabarnya, pada tahun 1956 terbit majalah foto KAMERA keluaran GAPERFI yang hanya terbit sekali saja.
Kemudian terjadi kekosongan dalam dunia penerbitan majalah foto hingga akhirnya lahirlah majalah “FOTO INDONESIA” (FI) yang terbit perdana pada bulan Februari tahun 1969 – satu-satunya di Asia Tenggara pada masa itu.
Foto Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan patut mendapat tempat terhormat dalam Sejarah Foto di Indonesia karena peran dan posisinya yang sangat strategis dalam penulisan foto, dan juga meliput  pemberitaan berbagai peristiwa foto di Indonesia dan dunia. Sejalan dengan misi dan tujuannya sebagai media informasi foto nasional satu-satunya di masa itu, Foto Indonesia berusaha mengembangkan berbagai penulisan yang bermutu tinggi dalam hal teknis foto, sejarah foto dan juga berbagai catatan kejadian foto.
Foto Indonesia secara “tidak sengaja” telah turut mempromosikan berbagai tokoh dan calon tokoh foto Indonesia untuk waktu itu, dan kemudian hari. Bahkan pernah mengusulkan pembentukan Indonesia Photographic Society beberapa tahun sebelum lahirnya FPSI.
Sangat disayangkan bahwa Foto Indonesia yang memiliki dedikasi tinggi terhadap dunia foto di tanah air ini akhirnya harus berhenti terbit pada tahun 1986, dikarenakan berbagai masalah intern, maupun ekstern yang tidak terhindarkan. Sementara mantan Pemimpin Redaksi dan beberapa penulisnya tetap aktif berkarya dalam berbagai penulisan dan kegiatan foto di media informasi dan cetak nasional maupun di penjurian pameran ataupun lomba foto.
Masa-masa Bertahan Hidup
Setelah GAPERFI memudar dan akhirnya hilang perlahan-lahan, maka kegiatan dunia fotografi di tanah air seolah hidup segan mati pun tidak mau. Suasana politik dan ekonomi dalam negeri yang tidak stabil pada masa itu (1956 – 1966), seolah membuat kegiatan masyarakat foto nasional nyaris lumpuh. Tidak ada kegiatan lomba maupun pameran foto yang berarti atau pantas dicatat selama kurun waktu itu.
Prof.DR.R.M.Soelarko dalam tulisannya di Bulletin PAF nomor 57-1973 – Siap Menghadapi Salonfoto dan Kongres Fotografi - mengatakan bahwa tahun-tahun setelah GAPERFI -1956-1966 – adalah masa-masa survival. Beruntunglah setelah tahun 1966 keadaan berangsur-angsur pulih dan kegiatan dunia foto nasional mulai menggeliat kembali. Setelah berhasil melewati masa-masa sulit, akhirnya mereka dapat menghasilkan beberapa kegiatan, dimana diantaranya adalah sebagai berikut :
-          Pada tahun 1967 PAF Bandung menerbitkan Buletin-nya (stensilan) yang pertama.
-          Kemudian disusul dengan terbitnya Majalah Foto Indonesia (FI) pada bulan Februari tahun 1969.
-          Sementara itu berbagai Klub Foto mulai memperlihatkan kegiatannya yang positif dan menggembirakan.
Sedemikian rupa keadaannya, sehingga kebutuhan akan adanya suatu Wahana Foto Nasional mendesak untuk segera diwujudkan.
5. PEMBENTUKAN SEKRETARIAT BERSAMA (SB)
Pada tahun 1970-an sekelompok penggemar fotografi yang memiliki idealisme dan kepedulian tinggi terhadap perkembangan dunia fotografi di tanah air, telah melahirkan gagasan untuk membentuk suatu wahana yang dapat mengakomodasikan seluruh kegiatan foto di tanah air. Tujuannya tidak sekedar untuk penyaluran hobi atau berekreasi saja, tetapi lebih dilandasi pemikiran yang berwawasan jauh, luas serta mendalam. Yaitu suatu keinginan untuk menjadikan Fotografi Indonesia, dengan segala dinamika dan romantikanya, menjadi bagian dari Keluarga Foto Internasional sekaligus mengangkat citra Indonesia.
Karena sudah tidak tahan lagi, segera disusun dan dibuat beberapa kali pertemuan. Akhirnya tercapai kesepakatan untuk membentuk sebuah komite yang bersifat sementara dan dinamakan “Sekretariat Bersama” (SB). Dimana tugas SB ini adalah menghubungi dan mendaftar semua Klub Foto yang ada di Indonesia untuk bergabung dan melaksanakan Musyawarah Nasional guna pembentukan sebuah wahana foto nasional.
6.  F P S I
Akhirnya, setelah melalui serangkaian kerja keras, pada tanggal 28-29 Desember 1973 SB yang mengkoordinir perkumpulan-perkumpulan Foto se Indonesia menggelar Musyawah Nasional-nya selama dua hari bertempat di Taman Ismail Marzuki – Jakarta.

Munas yang dihadiri oleh 8 Klub Foto dari seluruh Indonesia itu (sisanya membuat pernyataan mendukung – apapun hasil Munas), akhirnya melahirkan sebuah wahana foto nasional yang bernama Federasi Perkumpulan-perkumpulan Senifoto Indonesia atau disingkat FPSI dalam bahasa Inggrisnya Federation of Photographic Societies Indonesia. Sekaligus mengangkat Ketua-nya yang pertama, yaitu Prof.DR.R.M.Soelarko dan Wakil Ketua A.Muhamad dengan Bendaharanya Djohan Tirtadjaja.
Dengan lahirnya FPSI yang merupakan puncak kegiatan dan prestasinya, otomatis SB yang bersifat sementara dan sudah bekerja maksimal dan optimal selama 2 tahun itu kemudian dibubarkan.
7. SALON FOTO INDONESIA I (1973)
Mendahului terbentuknya FPSI, pada tanggal 27 Desember 1973 telah diadakan Resepsi Pembukaan (dengan penyerahan hadiah-hadiah) Salonfoto Indonesia 1973 oleh Bapak H.Adam Malik – waktu itu Menteri Luar Negeri RI – yang mempunyai kedudukan sebagai Pelindung Salon Foto (tidak untuk umum).

Selanjutnya Salon Foto Indonesia I (1973) berlangsung bersamaan dengan Musyawarah Nasional yang melahirkan FPSI, bertempat di Taman Ismail Marzuki juga (untuk umum). Patut diketahui bahwa koordinator dari penyelenggaraan Salon Foto Indonesia I ini adalah PAF Bandung dan Candranaya Jakarta. Salon Foto Indonesia tahun 1956 yang diselenggarakan oleh GAPERFI – 1st International Photosalon of Indonesia - diakui sebagai Salon Foto Indonesia.
Kemudian dalam kiprahnya, mereka telah sukses menyelenggarakan berbagai macam kegiatan, diantaranya yaitu:
  1. Munas yang ke XX pada tanggal 27-28 Oktober 2000, yang bertempat di Klaten.
  2. 2. Mempersiapkan Salon Foto Indonesia ke XXI, yang mana akan dilangsungkan di Bandung dengan tuan rumah PAF Bandung sebagai Pelaksananya.
Bergabungnya FPSI dengan FIAP
FIAP singkatan dari Federation Internationale de L’Art Photographique. FIAP merupakan Induk Organisasi dari berbagai Federasi dan Perkumpulan Foto Nasional yang ada pada setiap negara anggotanya dan secara teratur mengadakan kegiatan-kegiatan foto antar negara-negara anggotanya. Sebelumnya, bersamaan dengan dibentuknya SB, disusun pula rencana untuk bergabung dengan FIAP – yang segera direalisir begitu FPSI terbentuk.
Untuk merintis keanggotaan di FIAP, Ketua SB Prof.DR.R.M.Soelarko memerlukan waktu lebih dari 2 tahun mengadakan kegiatan surat menyurat dengan Ketua FIAP, Mr.van de Wijer. Akhirnya pada saat terbentuknya, FPSI langsung menjadi anggota FIAP yang berarti Fotografi Indonesia telah menjadi bagian dari Keluarga Foto Dunia yang diakui secara Internasional.

No comments:

Post a Comment

Please leave a comment